Aris Lukito
Agricultural site

Nov
11

Bibit tebu adalah bagian dari tanaman tebu yang diperoleh dari kebun bibit yang terpelihara dan merupakan bahan tanaman yang dapat dikembangkan untuk pertananaman tanaman baru.

Macam – macam bentuk bibit :

  • Bibit Bagal/ Bagal

Bibit berasal dari lonjoran batang tebu bibit yang matanya belum berke-cambah, sesuai dengan pemotongannya dapat terdiri dalam bentuk bagal satu, dua dan tiga mata.

  • Lonjoran

Bibit bagal dalam bentuk lonjoran batang tebu dengan panjang ± 1,25 cm terdiri atas 6 hingga 8 mata.

  • Dederan

Bibit berasal batang tebu yang telah tumbuh tunas diperoleh dari dederan.
Pembuatan tanaman dederan dibuat dengan media tanam dalam bentuk persemaian dengan ukuran panjang 8 m, lebar 1,20 cm, media tanah ditinggikan
±25cm. Diantara persemaian dibuat selokan dengan lebar ± 30 cm, Persemaian digemburkan dan diratakan, bibit ditanam mendatar dalam bentuk stek bagal satu mata Umur 1 hingga 1,5 bulan, dederan siap digunakan sebagai bahan tanam dengan cara mencabut tunas beserta akarnya.

  • Rayungan

Bibit berasal dari pangkasan batang tebu yang matanya telah tumbuh tunas, bentuk bibit dapat terdiri dari satu tunas dan dua tunas rayungan dapat digunakan sebagai bahan tanam apabila tunas telah tumbuh antara 5 hingga 7 daun, umur bibit ± 45 hari.

  • Bibit Tebu Polibag

Bibit tebu polybag adalah bibit yang diperoleh dari tanaman tebu stek satu mata yang ditumbuhkan pada kantong-kantong plastik dengan tanah sebagai media tumbuhnya.

  • Bibit Tebu Polibag

Bud chip adalah bibit tebu dalam bentuk mata tebu yang diambil dari batang tebu dengan mengikut sertakan sebagian dari primordia akar

  • Bud sett

Bud sett adalah bibit tebu yang diperoleh dari batang tebu dalam bentuk stek satu mata, dengan panjang stek 5 cm dengan posisi mata terletak ditengah-tengah dari panjang stek.

Oct
14

Diskripsi

Tebu merupakan tumbuhan monokotil dari famili rumput-rumputan (Gramineae), Batang tanaman tebu memiliki memiliki anakan tunas dari pangkal batang yang membentuk rumpun. Tanaman ini memerlukan waktu musim tanam sepanjang 11- 12 bulan. Tanaman ini berasal dari daerah tropis basah sebagai tanaman liar.

Klasifikasi tanaman tebu adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Graminalis

Familia : Gramineae

Genus : Saccharum

Spesies : Saccharum officinarum


Syarat Tumbuh

Beberapa kondisi lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan tanaman tebu antara lain :

a) Berada pada daerah tropis yang basah (35o LS dan 39o LU), dengan topografi 0 – 1400 mdpl.

b) CH 200 mm/bulan pada 5-6 bulan berturut-turut, 125 mm/bulan 2 bulan transisi dan kurang 75 mm/bulan pada 4-5 bulan berturut-turut.

c) Kecepatan angin kurang dari 10 km/jam.

d) Suhu udara 24-30 oC, dengan beda suhu siang dan malam tidak lebih dari 10 oC.

e) Bentuk areal datar hingga berombak dengan kemiringan lereng kurang dari 2 %.

f) Kedalaman jeluk efektif minimal 50 cm.

g) Tekstur tanah sedang sampai berat atau menurut klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady, 1960) adalah lempung, lempung berpasir, lempung berdebu, liat berpasir, liat berlempung, liat berdebu dan liat atau yang tergolong bertekstur agak kasar sampai halus.

h) pH tanah optimal pada 6-7.

i) Status hara bagi tanaman tebu dengan kriteria N total > 1,5, P2O5 tersedia > 75 ppm, K2O tersedia > 150 ppm dan kejenuhan Al < 30 %.

Berbagai syarat tersebut merupakan kondisi lingkungan agar tebu dapat tumbuh dengan optimal. Pada daerah yang tidak memenuhi kondisi tersebut dapat dilakukan upaya asupan tehnologi untuk memberikan daya dukung yang optimal juga.

Fase Pertumbuhan

Pertumbuhan tanaman tebu terdiri dari 5 fase, yaitu :

  1. Fase Perkecambahan

Pada fase ini menunjukkan adanya pertumbuhan perkecambahan dari mata tunas tebu. Fase ini berjalan pada 0- 5 minggu.

  1. Fase Pertunasan

Pada fase ini terjadi pertumbuhan anakan tunas dari batang tebu hingga membentuk rumpun tebu. Fase ini berlangsung pada 5 minggu – 3 bulan.

  1. Fase Pertumbuhan /Pemanjangan Batang

Pada fase ini terjadi pengembangan tajuk daun, akar, pemanjangan batang, pembentukan biomasa pada batang dan peningkatan fotosintesis. Proses yang paling dominan adalah proses pemanjangan batang. Pembentukan ruas tebu sekitar 3 – 4 ruas per bulan selama fase ini dan akan menurun dengan bertambahnya umur (tua). Fase ini berlangsung pada 3 – 9 bulan.

  1. Fase Kemasakan

Pada fase ini berlangsung proses pengisian batang-batang tebu dengan gula (sukrosa) hasil proses fotosintesis tanaman. Proses kemasakan berjalan dari ruas bawah ke atas. Pada tebu muda kadar sucrose (C12H22O11) pada pangkal batang di atas tanah lebih tinggi dibanding bagian lainnya. Fase ini dapat berlangsung pada umur 9 – 12 bulan.

  1. Fase Kematian

Pada fase ini tanaman tebu mulai mati setelah melalui kemasakan optimum hingga kembali menurun kadar gulanya.

Oct
10

Ibarat seekor ulat, ia ditempa dalam suatu kawah candradimuka berupa ulat yang tampak menjijikkan, bahkan menakutkan, dan bisa menyebabkan gatal pada manusia. Ia dibenci keberadaannya ketika muncul di lingkungan sekitar kita.

Setelah melalui fase pengujiannya, dengan kesabaran dan rasa syukurnya dia bermetamorfose menjadi kupu kupu yang indah. Keberadaannya dalam wujud kupu-kupu ini disukai oleh manusia. Membuat lingkungan tampak indah dan asri.

Bagai dua sisi mata uang yang berbeda, dulu dibenci, kini dicintai. Itulah fase pada perkembangan ulat.

Berbeda dengan laron,

Ibarat seekor laron, ia berasal dari rayap yang berada didalam tanah sebagai media kawah candradimukanya. Dengan kesabaran akan tempaannya setelah melalui berbagai fase, maka ia dikaruniai sayap sehingga bisa terbang.

Apa yang terjadi ketika makhluk ini mulai mengenal duania luar dan tergiur akan indah dan gemerlapnya “lampu” dunia. Dia selalu berbutar dalam kegemerlapan dan akhirnya pusing sendiri juga. Dua pilihan baginya, lelah hingga akhirnya turun kembali ke tanah, atau lelah jatuh dan menjadi mangsa makhluk lain. Keberadaannya dalam tanah merusakkan perabot rumah tangga, di gemerlapnya lampu menghalangi pandangan dan mengotori lingkungan. Keberadaan yang selalu merugikan lingkungan.

Posisi manusia……..

Belajar dari filosofi yang ada tersebut, kita bisa menentukan bagaimana kita bisa menyikapi gemerlapnya dunia di alam kita ini setelah kita mengalami penempaan mental dan jiwa selama bulan Ramadhan. Pribadi kita yang bisa menentukan masa depan kita sendiri..

It’s OUR CHOICE……….

Sep
16

“Biogas” Energi Ramah Lingkungan

Bahan bakar alternative sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) yang kian tak terkendali baik keberadaannya maupun kondisi harganya banyak dicari masyarakat sebagai solusi dalam krisis energi. Energi natural yang berpotensi sebagai sumber energi terbarukan salah antara lain adalah biogas.

Pada prinsipnya gas bio didapatkan dengan mendegradasi kotoran atau limbah hasil pertanian oleh bakteri gas bio menjadi biogas, sedangkan hasil sisa bahan organic tersebut dapat digunakan untuk pupuk dan pakan ikan.

Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh proses penguraian bahan bahan organic oleh mikroorganisme pada kondisi tanpa udara (anaerob). Pada kondisi minim udara, kondisi lingkungan yang basah dan hangat, mikroorganisme mencerna sembarang bahan organic menghasilkan gas methane (CH4) yang mudah terbakar. Gas methane yang bergabung dengan CO2 dengan komposisi 65:35 disebut sebagai biogas, yang jika dibakar dapat menghasilkan panas cukup tinggi dan cepat nyalanya. Nyala api biogas berwarna biru dan tidak berasap. Gasbio terdiri atas berbagai unsure gas, methana (60-70%), karbondioksida (20-25%), hydrogen sulfida (+ 7%), dan amoniak (+ 3%).

Ada beberapa kondisi yang diperlukan untuk mendukung pendegradasian kotoran/ limbah menjadi Gasbio, antara lain :

1. Carbon.

Sebagai bahan baku unsur gas bio. Perubahan senyawa karbon dari kotoran kandang menjadi CH4 dan CO2 memerlukan kondisi rasio C/N 20-25 %.

2. Air.

Diperlukan air dalam proses pembuatan gas bio. Jika kotoran yang digunakan dalam kondisi kering, maka perlu diberi sedikit air. Akan tetapi apabila sudah dalam kondisi basah, seperti berbentuk Lumpur pada sisa potongan hewan maka tidak perlu ditambahkan air.

3. Temperatur.

Temperatur ini berkaitan dengan daya adaptasi/habitat hidup bakteri pemroses gas bio,dimana kondisi umum berada pada temperature 27-28oC.

4. Mikroorganisme.

Diperlukan adanya mikroorganisme yang mampu untuk mengurai bahan- bahan yang akhirnya membentuk CH4 dan CO2. Didalam kotoran ternak, sampah dan jerami banyak terdapat jasad renik, baik bakteri maupun jamur yang mampu mengurai menjadi CH4 dan Co2, meskipun dapat pula dilakukan upaya penambahan mikroorganisme sebagai starter.

5. Kondisi Udara

Tidak diperlukan adanya udara dalam proses pembentukan CH4.

Potensi ekonomis Gasbio sangat besar. Kesetaraan gas bio dengan sumber lain, yaitu 1 m3 gasbio setara dengan elpiji 0,46 kg, minyak tanah 0,62 ltr, minyak solar 0,52 liter, bensin 0,8 ltr, dan kayu 3,5 kg. Potensi gasbio setara minyak tanah 1,23 ltr perhari dihasilkan oleh 2 ekor ruminansia besar (sapi/kerbau), atau 36 ekor ruminansia kecil (kambing/domba), atau 3 ekor kuda, atau 363 ekor unggas.

Dengan pemanfaatan gasbio ini dapat memperkecil emisi salah satu gas rumah kaca, yaitu CH4 yang berasal dari limbah ternak. Dengan demikian dapat dikurangi dampak pemanasan global yang berdampak bencana merugikan.

Repro from: Ir Agus Wariyanto, SIP (SM 01/09/2008)

Sep
15

Mengolah limbah dengan DEWATS sambil Bertaman*)

Oleh:

Tutwulan Okta Hapsari**)

Limbah merupakan masalah yang sering dianggap ringan namun sebenarnya permasalahan limbah demikian kompleks. Mulai dari sistem pengolahan limbah yang belum memadai sehingga hasilnya belum memenuhi baku mutu limbah yang disyaratkan pemerintah, biaya yang cukup tinggi karena menggunakan input teknologi tinggi, sampai dengan masalah sosial yang ditimbulkan oleh sistem pengolahan tersebut. Hal ini yang membuat masyarakat enggan untuk mengolah limbah yang dihasilkannya.

Seiring dengan kemajuan jaman, tuntutan akan sistem pengolahan limbah cair yang murah, efektif dan dapat diterima di masyarakat semakin meningkat di daerah perkotaan dan pinggiran kota-kota besar di Indonesia. Oleh karena itu dalam rangka mengembangkan sistem pengolahan limbah cair yang dapat diandalkan dan murah, LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan) bekerjasama dengan organisasi nir laba dari Jerman yaitu Bremen Overseas Research and Development Association (BORDA) dengan pelaksana C-BETech (Center for Community Based Environmental Technology) sejak tahun 1990. Proyek kerjasama ini bernama Proyek DEWATS Indonesia, sehingga LPTP yang menanganinya disebut LPTP-DEWATS. Tujuan dari proyek ini adalah untuk mendukung masyarakat, institusi dan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah dalam merencanakan, mendesain dan membangun sistem pengolah air limbah yang efektif, efisien dan murah berdasarkan desain teknik baku.

DEWATS merupakan singkatan dari Decentralized Wastewater Treatment Systems (sistem pengolahan air limbah terdesentralisasi). Jadi dalam pengolahan air limbah tidak perlu adanya pemusatan pengolahan air limbah (instalasi khusus pengolahan air limbah/IPAL) yang tentu saja membutuhkan biaya dan teknologi tinggi. Aplikasi DEWATS berdasarkan pada prinsip pemeliharaan sederhana dengan biaya murah karena bagian paling penting dari sistem ini tidak menggunakan input energi, serta tidak dapat dimatikan dan dihidupkan dengan sengaja.

Banyak orang berpikir bahwa mengolah limbah itu sulit dan kotor karena limbah menimbulkan bau yang tidak sedap. Namun hal tersebut dapat disiasati salah satunya dengan teknologi DEWATS. Seperti yang sudah dikemukakan diatas teknologi ini tidak membutuhkan input tenaga yang tinggi, selain itu kita dapat mengolah limbah sambil membuat taman yang indah. Sistem DEWATS dibuat di bawah permukaan tanah sehingga lahan yang ada di permukaan tanah dapat dimanfaatkan untuk kepentingan yang lain seperti jalan, tempat parkir atau bahkan taman yang indah.

Prinsip utama pengolahan limbah dengan DEWATS adalah memanfaatkan kemampuan mikroorganisme dalam merombak bahan-bahan organik dari limbah tersebut. Secara umum pengolahan limbah dengan DEWATS ini dibagi menjadi 6 sistem yaitu septictank, baffled reactor, anaerobic filter, horizontal gravel filter, kolam oksidasi dan blok digester yang biasanya untuk mengolah limbah yang menghasilkan gas metana.

Septictank digunakan untuk pengolahan limbah yang prosentase padatannya cukup tinggi, merupakan ciri khas dari limbah domestic. Anaerobic filter digunakan untuk pengolahan limbah yang prosentase padatannya rendah (telah melalui proses pengolahan primer atau septic tank terlebih dahulu). Baffle reactor atau septictank susun dapat digunakan untuk pengolahan limbah jenis apa saja, akan tetapi harus memiliki prosentasi limbah cair yang lebih tinggi dibanding padatannya serta memiliki rasio BOD/COD yang rendah. Sistem filter aliran bawah tanah digunakan untuk pengolahan limbah yang memiliki prosentase padatan yang kecil serta konsentrasi COD dibawah 500 mg/L. Sedangkan sistem kolam digunakan untuk mengolah limbah yang mempunyai nilai BOD dibawah 300 mg/L

Kelima sistem limbah selain blok digester, dalam penerapannya di lapangan saling terkait satu sama lain, outlet dari septic tank merupakan inlet untuk proses pengolahan selanjutnya yaitu septic tank susun, dan seterusnya sampai sistem kolam oksidasi sehingga diperoleh outlet yang sudah memenuhi standar baku mutu limbah cair. Kelima sistem ini berada dibawah permukaan tanah, kecuali kolam oksidasi, sehingga area diatas permukaan tanah dapat dimanfaatkan dalam hal ini dapat digunakan sebagai taman, seperti yang dilakukan Rumah Sakit Bhaktiningsih Klepu Godean.

Tanaman yang digunakan dapat beraneka ragam namun tentu saja perlu seleksi dalam pemilihannya. Tanaman yang sering digunakan adalah tanaman yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap zat-zat yang toksik, memiliki akar yang panjang, dan biasanya tanaman yang digunakan tidak dapat dipanen seperti halnya tanaman pangan. Contoh tanaman yang digunakan antara lain: rumput air, glagah asu, enceng gondong, dan tanaman-tanaman hias.

Siapa sangka bila taman yang indah namun ternyata dibawahnya merupakan sistem pengolahan limbah cair rumah sakit. Anggapan bahwa pengolahan limbah identik dengan kotor dan bau pun langsung hilang bila melihat taman tersebut. Taman yang indah itu ternyata juga memiliki fungsi bagi pengolahan limbah yaitu sebagai indikator pengolahan limbah cair. Apabila tanamannya sehat dan tidak muncul gejala-gejala keracunan maka dapat dipastikan air yang dihasilkan dari pengolahan limbah tersebut sudah aman untuk dibuang ke lingkungan.

Mengolah limbah tidak harus dengan biaya yang mahal dan peralatan yang canggih. Namun dengan sistem yang sederhana namun tepat guna itulah yang diperlukan. Mengolah limbah bukan menimbulkan masalah namun memecahkan masalah. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa mengolah limbah sama juga menimbulkan masalah baru. Namun melihat kenyataan diatas semua anggapan tersebut menjadi sirna.

Melihat hal tersebut tidak tergerakkan hati anda yang belum memiliki sistem pengolahan limbah untuk ikut mengolahnya? Kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi kita melakukannya?Lestarikankah lingkungan di sekitar kita sekarang juga, jangan tunda lagi. Demi kepentingan bersama di masa yang akan datang.

*) Artikel berdasarkan kerja lapangan pada April 2005 di DEWATS Yogyakarta.

**) Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM 2001.

Sep
15

Aris Lukito, nama pemberian kedua orangtuanya. Dilahirkan di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 1 Mei 1983. Karakter Taurus mengikuti setiap langkah dan jiwanya. Mulai aktif pada kegiatan organisasi sejak kelas 3 SMP di PPMIA Assalam Surakarta, dilanjutkan pada jenjang SMA nya di SMU 1 Sleman Yogyakarta dan pada tingkat universitas di Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM. Menyelesaikan jenjang Sarjana pada November 2005.

Mempunyai hobby olahraga bermain sepak bola dan badminton, nasi goreng dan Es Cola sebagai menu favoritnya.

Pernah aktif pada beberapa organisasi antara lain OSKY Konsulat Yogyakarta di PPMIA Surakarta (1998), Ketua OSIS SMU 1 Sleman (2000), Anggota Khusus Plantagama UGM (2001), Ketua Keluarga Mahasiswa Ilmu Tanah KMIT UGM (2003) dan Pengurus Purna Paskibraka Indonesia di Kabupaten Sleman (2005).

Mempunyai pengalaman kerja pada perusahaan swasta yang bergerak di bidang pertanian dengan komoditas Kelapa Sawit, PT Astra Agro Lestari, Tbk (2005) kemudian bergabung pada perusahaan produsen benih hibrida Pioneer dalam naungan PT DuPont Indonesia yang berkonsentrasi pada komoditas jagung dan padi hibrida (2007). Bergabung pada Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia P3GI (2007- sekarang).