Mengolah limbah dengan DEWATS sambil Bertaman*)
Oleh:
Tutwulan Okta Hapsari**)
Limbah merupakan masalah yang sering dianggap ringan namun sebenarnya permasalahan limbah demikian kompleks. Mulai dari sistem pengolahan limbah yang belum memadai sehingga hasilnya belum memenuhi baku mutu limbah yang disyaratkan pemerintah, biaya yang cukup tinggi karena menggunakan input teknologi tinggi, sampai dengan masalah sosial yang ditimbulkan oleh sistem pengolahan tersebut. Hal ini yang membuat masyarakat enggan untuk mengolah limbah yang dihasilkannya.
Seiring dengan kemajuan jaman, tuntutan akan sistem pengolahan limbah cair yang murah, efektif dan dapat diterima di masyarakat semakin meningkat di daerah perkotaan dan pinggiran kota-kota besar di Indonesia. Oleh karena itu dalam rangka mengembangkan sistem pengolahan limbah cair yang dapat diandalkan dan murah, LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan) bekerjasama dengan organisasi nir laba dari Jerman yaitu Bremen Overseas Research and Development Association (BORDA) dengan pelaksana C-BETech (Center for Community Based Environmental Technology) sejak tahun 1990. Proyek kerjasama ini bernama Proyek DEWATS Indonesia, sehingga LPTP yang menanganinya disebut LPTP-DEWATS. Tujuan dari proyek ini adalah untuk mendukung masyarakat, institusi dan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah dalam merencanakan, mendesain dan membangun sistem pengolah air limbah yang efektif, efisien dan murah berdasarkan desain teknik baku.
DEWATS merupakan singkatan dari Decentralized Wastewater Treatment Systems (sistem pengolahan air limbah terdesentralisasi). Jadi dalam pengolahan air limbah tidak perlu adanya pemusatan pengolahan air limbah (instalasi khusus pengolahan air limbah/IPAL) yang tentu saja membutuhkan biaya dan teknologi tinggi. Aplikasi DEWATS berdasarkan pada prinsip pemeliharaan sederhana dengan biaya murah karena bagian paling penting dari sistem ini tidak menggunakan input energi, serta tidak dapat dimatikan dan dihidupkan dengan sengaja.
Banyak orang berpikir bahwa mengolah limbah itu sulit dan kotor karena limbah menimbulkan bau yang tidak sedap. Namun hal tersebut dapat disiasati salah satunya dengan teknologi DEWATS. Seperti yang sudah dikemukakan diatas teknologi ini tidak membutuhkan input tenaga yang tinggi, selain itu kita dapat mengolah limbah sambil membuat taman yang indah. Sistem DEWATS dibuat di bawah permukaan tanah sehingga lahan yang ada di permukaan tanah dapat dimanfaatkan untuk kepentingan yang lain seperti jalan, tempat parkir atau bahkan taman yang indah.
Prinsip utama pengolahan limbah dengan DEWATS adalah memanfaatkan kemampuan mikroorganisme dalam merombak bahan-bahan organik dari limbah tersebut. Secara umum pengolahan limbah dengan DEWATS ini dibagi menjadi 6 sistem yaitu septictank, baffled reactor, anaerobic filter, horizontal gravel filter, kolam oksidasi dan blok digester yang biasanya untuk mengolah limbah yang menghasilkan gas metana.
Septictank digunakan untuk pengolahan limbah yang prosentase padatannya cukup tinggi, merupakan ciri khas dari limbah domestic. Anaerobic filter digunakan untuk pengolahan limbah yang prosentase padatannya rendah (telah melalui proses pengolahan primer atau septic tank terlebih dahulu). Baffle reactor atau septictank susun dapat digunakan untuk pengolahan limbah jenis apa saja, akan tetapi harus memiliki prosentasi limbah cair yang lebih tinggi dibanding padatannya serta memiliki rasio BOD/COD yang rendah. Sistem filter aliran bawah tanah digunakan untuk pengolahan limbah yang memiliki prosentase padatan yang kecil serta konsentrasi COD dibawah 500 mg/L. Sedangkan sistem kolam digunakan untuk mengolah limbah yang mempunyai nilai BOD dibawah 300 mg/L
Kelima sistem limbah selain blok digester, dalam penerapannya di lapangan saling terkait satu sama lain, outlet dari septic tank merupakan inlet untuk proses pengolahan selanjutnya yaitu septic tank susun, dan seterusnya sampai sistem kolam oksidasi sehingga diperoleh outlet yang sudah memenuhi standar baku mutu limbah cair. Kelima sistem ini berada dibawah permukaan tanah, kecuali kolam oksidasi, sehingga area diatas permukaan tanah dapat dimanfaatkan dalam hal ini dapat digunakan sebagai taman, seperti yang dilakukan Rumah Sakit Bhaktiningsih Klepu Godean.
Tanaman yang digunakan dapat beraneka ragam namun tentu saja perlu seleksi dalam pemilihannya. Tanaman yang sering digunakan adalah tanaman yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap zat-zat yang toksik, memiliki akar yang panjang, dan biasanya tanaman yang digunakan tidak dapat dipanen seperti halnya tanaman pangan. Contoh tanaman yang digunakan antara lain: rumput air, glagah asu, enceng gondong, dan tanaman-tanaman hias.
Siapa sangka bila taman yang indah namun ternyata dibawahnya merupakan sistem pengolahan limbah cair rumah sakit. Anggapan bahwa pengolahan limbah identik dengan kotor dan bau pun langsung hilang bila melihat taman tersebut. Taman yang indah itu ternyata juga memiliki fungsi bagi pengolahan limbah yaitu sebagai indikator pengolahan limbah cair. Apabila tanamannya sehat dan tidak muncul gejala-gejala keracunan maka dapat dipastikan air yang dihasilkan dari pengolahan limbah tersebut sudah aman untuk dibuang ke lingkungan.
Mengolah limbah tidak harus dengan biaya yang mahal dan peralatan yang canggih. Namun dengan sistem yang sederhana namun tepat guna itulah yang diperlukan. Mengolah limbah bukan menimbulkan masalah namun memecahkan masalah. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa mengolah limbah sama juga menimbulkan masalah baru. Namun melihat kenyataan diatas semua anggapan tersebut menjadi sirna.
Melihat hal tersebut tidak tergerakkan hati anda yang belum memiliki sistem pengolahan limbah untuk ikut mengolahnya? Kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi kita melakukannya?Lestarikankah lingkungan di sekitar kita sekarang juga, jangan tunda lagi. Demi kepentingan bersama di masa yang akan datang.
*) Artikel berdasarkan kerja lapangan pada April 2005 di DEWATS Yogyakarta.
**) Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM 2001.